28.9.10

Sang Juara

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang
mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan.
Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini
adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang
sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil
mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri,
sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Ahmad. Mobilnya tak
istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang
masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil
Ahmad lah yang paling tak sempurna. Beberapa
anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk
berpacu melawan mobil lainnya.


Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik.
Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu
kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan
hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya.
Namun, Ahmad bangga dengan itu semua, sebab,
mobil itu buatan tangannya sendiri.


Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan
mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di
garis start, untuk mendorong mobil mereka
kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah
siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya.
Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur
terpisah diantaranya.


Namun, sesaat kemudian, Ahmad meminta waktu
sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak
berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya
terpejam, dengan tangan tang bertangkup
memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia
berkata, "Ya, aku siap!".


Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan
kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-
kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan
cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat,
menjagokan mobilnya masing-
masing. "Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju",
begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang
harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah
terlambai. Dan, Ahmad lah pemenangnya. Ya,
semuanya senang, begitu juga Ahmad. Ia berucap,
dan berkomat-kamit lagi dalam
hati. "Alhamdulillah, Terima kasih."


Saat pembagian piala tiba. Ahmad maju ke depan
dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan,
ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti
tadi berdoa kepada Allah swt agar kamu menang,
bukan?". Ahmad terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu
yang aku panjatkan" kata Ahmad.


Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk
meminta pada Allah swt untuk menolongmu
mengalahkan saudaramu yang lain. "Aku, hanya
bermohon pada Allah swt, supaya aku tak
menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam
mendengar itu. Setelah beberapa saat,
terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang
memenuhi ruangan

Unknown

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright @ 2013 Hidarikiki no Novay.